Saturday 29 November 2008

Nathan Schooling

Nathan Schooling menganut sistem terapi tepadu dalam penanganan setiap kliennya, sehingga selain mendapatkan pelajaran akademik, para siswa mampu mendapatkan penanganan terapi seperti Okupasi Terapi, Speech terapi dan Behavior terapi .

Terapi Okupasi

Terapi Okupasi adalah salah satu jenis terapi kesehatan yang merupakan bagian dari rehabilitasi medis. Penekanan terapi ini adalah pada sensor motorik dan proses neurologi dengan cara memanipulasi, memfasilitasi dan menginhibisi lingkungan, sehingga tercapai peningkatan, perbaikan dan pemeliharaan kemampuan anak. Dengan memperhatikan aset (kemampuan) dan limitasi (keterbatasan) yang dimiliki anak, terapi ini bertujuan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak agar tercapai kemandirian dalam produktivitasnya, kemampuan perawatan diri serta kemampuan penggunaan waktu luang (leisure). Metoda Pendekatan Terapi Okupasi ini menggunakan beberapa kerangka acuan yang terstandarisasi oleh WFOT (World Federation of Occupational Therapy), meliputi:

a. Kerangka Acuan Psikososial:

  • Behavior/ Perilaku.
  • Object Relation
  • Cognitif Behavior
  • Occupational Behavior

b. Kerangka Acuan Sensomotorik-multisensoris:

  • NDT (Neuro Development Treatment)
  • Sensori Integrasi (Sensory Integration)
  • Movement therapy .
Informasi selengkapnya, kalian bisa langsung aja berkunjung ke official web mereka di Nathan Schooling. Siapa tahu ada teman atau saudara kamu yang membutuhkan..
"

Wednesday 26 November 2008

Empati

By Andi F Noya

Suatu malam, sepulang kerja, saya mampir di sebuah restoran cepat saji dikawasan Bintaro. Suasana sepi. Di luar hujan. Semua pelayan sudah berkemas. Restoran hendak tutup. Tetapi mungkin melihat wajah saya yang memelas karena lapar, salah seorang dari mereka memberi aba-aba untuk tetap melayani. Padahal, jika mau, bisa saja mereka menolak.
Sembari makan saya mulai mengamati kegiatan para pelayan restoran. Ada yang menghitung uang, mengemas peralatan masak, mengepel lantai dan ada pula yang membersihkan dan merapikan meja-meja yang berantakan.

Saya membayangkan rutinitas kehidupan mereka seperti itu dari hari ke hari. Selama ini hal tersebut luput dari perhatian saya. Jujur saja, jika menemani anak-anak makan di restoran cepat saji seperti ini, saya tidak terlalu hirau akan keberadaan mereka. Seakan mereka antara ada dan tiada. Mereka ada jika saya membutuhkan bantuan dan mereka serasa tiada jika saya terlalu asyik menyantap makanan. Namun malam itu saya bisa melihat sesuatu yang selama ini seakan tak terlihat. Saya melihat bagaimana pelayan restoran itu membersihkan sisa-sisa makanan di atas meja.

Pemandangan yang sebenarnya biasa-biasa saja. Tetapi, mungkin karena malam itu mata hati saya yang melihat, pemandangan tersebut menjadi istimewa.
Melihat tumpukan sisa makan di atas salah satu meja yang sedang dibersihkan, saya bertanya-tanya dalam hati: siapa sebenarnya yang baru saja bersantap di meja itu? Kalau dilihat dari sisa-sisa makanan yang berserakan, tampaknya rombongan yang cukup besar. Tetapi yang menarik perhatian saya adalah bagaimana rombongan itu meninggalkan sampah bekas makanan.

Sungguh pemandangan yang menjijikan. Tulang-tulang ayam berserakan di atas meja. Padahal ada kotak-kotak karton yang bisa dijadikan tempat sampah. Nasi di sana-sini. Belum lagi di bawah kolong meja juga kotor oleh tumpahan remah-remah. Mungkin rombongan itu membawa anak-anak.
Meja tersebut bagaikan ladang pembantaian. Tulang belulang berserakan. Saya tidak habis pikir bagaimana mereka begitu tega meninggalkan sampah berserakan seperti itu. Tak terpikir oleh mereka betapa sisa-sisa makanan yang menjijikan itu harus dibersihkan oleh seseorang, walau dia seorang pelayan sekalipun.

Sejak malam itu saya mengambil keputusan untuk membuang sendiri sisa makanan jika bersantap di restoran semacam itu. Saya juga meminta anak-anak melakukan hal yang sama. Awalnya tidak mudah. Sebelum ini saya juga pernah melakukannya.

Tetapi perbuatan saya itu justru menjadi bahan tertawaan teman-teman. Saya dibilang sok kebarat-baratan. Sok menunjukkan pernah keluar negeri. Sebab di banyak negara, terutama di Eropa dan Amerika, sudah jamak pelanggan membuang sendiri sisa makanan ke tong sampah. Pelayan terbatas karena tenaga kerja mahal.


Sebenarnya tidak terlalu sulit membersihkan sisa-sisa makanan kita. Tinggal meringkas lalu membuangnya di tempat sampah. Cuma butuh beberapa menit. Sebuah perbuatan kecil. Tetapi jika semua orang melakukannya, artinya akan
besar sekali bagi para pelayan restoran.

Saya pernah membaca sebuah buku tentang perbuatan kecil yang punya arti besar. Termasuk kisah seorang bapak yang mengajak anaknya untuk membersihkan sampah di sebuah tanah kosong di kompleks rumah mereka. Karena setiap hari warga kompleks melihat sang bapak dan anaknya membersihkan sampah di situ, lama-lama mereka malu hati untuk membuang sampah disitu. Belakangan seluruh warga bahkan tergerak untuk mengikuti jejak sang bapak itu dan ujung-ujungnya lingkungan perumahan menjadi bersih dan sehat. Padahal tidak ada satu kata pun dari bapak tersebut. Tidak ada slogan, umbul-umbul, apalagi spanduk atau baliho. Dia hanya memberikan keteladanan. Keteladanan kecil yang berdampak besar.

Saya juga pernah membaca cerita tentang kekuatan senyum. Jika saja setiap orang memberi senyum kepada paling sedikit satu orang yang dijumpainya hari itu, maka dampaknya akan luar biasa. Orang yang mendapat senyum akan merasa bahagia. Dia lalu akan tersenyum pada orang lain yang dijumpainya. Begitu seterusnya, sehingga senyum tadi meluas kepada banyak orang. Padahal asal mulanya hanya dari satu orang yang tersenyum.


Terilhami oleh sebuah cerita di sebuah buku "Chiken Soup", saya kerap membayar karcis tol bagi mobil di belakang saya. Tidak perduli siapa di belakang. Sebab dari cerita di buku itu, orang di belakang saya pasti akan merasa mendapat kejutan. Kejutan yang menyenangkan. Jika hari itu dia bahagia, maka harinya yang indah akan membuat dia menyebarkan virus kebahagiaan tersebut kepada orang-orang yang dia temui hari itu. Saya berharap virus itu dapat menyebar ke banyak orang.

Bayangkan jika Anda memberi pujian yang tulus bagi minimal satu orang setiap hari. Pujian itu akan memberi efek berantai ketika orang yang Anda puji merasa bahagia dan menularkan virus kebahagiaan tersebut kepada orang-orang di sekitarnya.


Anak saya yang di SD selalu mengingatkan jika saya lupa mengucapkan kata "terima kasih" saat petugas jalan tol memberikan karcis dan uang kembalian. Menurut dia, kata "terima kasih" merupakan "magic words" yang akan membuat
orang lain senang. Begitu juga kata "tolong" ketika kita meminta bantuan orang lain, misalnya pembantu rumah tangga kita.

Dulu saya sering marah jika ada angkutan umum, misalnya bus, mikrolet, bajaj, atau angkot seenaknya menyerobot mobil saya. Sampai suatu hari istri saya mengingatkan bahwa saya harus berempati pada mereka. Para supir kendaraan umum itu harus berjuang untuk mengejar setoran. "Sementara kamu kan tidak mengejar setoran?" Nasihat itu diperoleh istri saya dari sebuah tulisan almarhum Romo Mangunwijaya. Sejak saat itu, jika ada kendaraan umum yang menyerobot seenak udelnya, saya segera teringat nasihat istri tersebut.


Saya membayangkan, alangkah indahnya hidup kita jika kita dapat membuat orang lain bahagia. Alangkah menyenangkannya jika kita bisa berempati pada perasaan orang lain. Betapa bahagianya jika kita menyadari dengan membuang sisa makanan kita di restoran cepat saji, kita sudah meringankan pekerjaan pelayan restoran. Begitu juga dengan tidak membuang karcis tol begitu saja setelah membayar, kita sudah meringankan beban petugas kebersihan. Dengan tidak membuang permen karet sembarangan, kita sudah menghindari orang dari perasaan kesal karena sepatu atau celananya lengket kena permen karet.

Kita sering mengaku bangsa yang berbudaya tinggi tetapi berapa banyak di antara kita yang ketika berada di tempat-tempat publik, ketika membuka pintu, menahannya sebentar dan menoleh kebelakang untuk berjaga-jaga apakah
ada orang lain di belakang kita? Saya pribadi sering melihat orang yang membuka pintu lalu melepaskannya begitu saja tanpa perduli orang di belakangnya terbentur oleh pintu tersebut. Jika kita mau, banyak hal kecil bisa kita lakukan. Hal yang tidak memberatkan kita tetapi besar artinya bagi orang lain. Mulailah dari hal-hal kecil-kecil. Mulailah dari diri Anda lebih dulu. Mulailah sekarang juga.

-posted by demulyono, semoga dapet ijin dari bang Andi ^^

Friday 21 November 2008

Jawaban

“Hidup buat diri sendiri aja susah”, atau “aduhh pak, nanti saja kalau saya sudah berlebih baru saya mikirin orang lain”. Sementara ditempat lain, ada yang mati kelaparan, ada yang busung lapar dan juga orang-orang yang meng-ekspose kemiskinan jadi komoditi export juga.. semua terjadi dan semuanya kenyataan. Apa artinya garam kalau ditengah laut, atau menyalakan lilin ditempat terang. Apa sih korelasinya? Mudahnya dalam menjadi terang atau garam, dapat dimengerti dengan kata yang mudah yaitu berdampak atau jawaban. Menjadi jawaban atau berdampak adalah hal yang penting dan dibutuhkan saat ini ampe akhir jaman deh.. kayaknya, tetapi apa sih yang diperlukan untuk menjadi jawaban.. tidak lain adalah keputusan kita sendiri menjadi jawaban atau berdampak.

Menjadi dampak atau jawaban itu berarti, kita mesti berbagi dan menerima. Berbagi resource (bisa materi, waktu atau lainnya) yang ada pada kita dan tentu saja menerima kekurangan orang lain. Selain itu, menjadi jawaban bagi orang lain sudah pasti mengusik kenyamanan kita dan juga belum tentu berdampak baik buat kita, maksud saya jangan berharap mendulang kebaikan. Tapi itu semua bukan halangan yang tidak bisa diterabas untuk menjadi jawaban bagi sekitar kita, betul kan?

Waktu seseorang tidak memutuskan untuk menjadi jawaban, they become ‘greedy’… ibarat kata all for me.. all for me.. walau tidak sadar. Karena menjadi jawaban, adalah habit dan habit itu perlu dilatih, jika tidak pernah memulainya, maka kita tidak akan pernah memulainya. Memang ada orang-orang tertentu yang memanfaatkan kemiskinan jadi komoditi baik untuk dirinya sendiri, atau ada yang membuat yayasan dan meng-export kemiskinan untuk mengisi dompet mereka (tidak semua yayasan seperti ini kok..), tapi terlepas dari semua isu dan kenyataan yang ada disekitar kita, menjadi jawaban.. itu bukan masalah diluar kita, namun masalah keputusan kita apakah mau menjadi jawaban atau dampak bagi sekitar kita.

Tentu saja menjadi dampak dan jawaban yang baik. Setiap kita butuh jawaban dan setiap kita juga tidak terlepas dari dampak orang lain juga lingkungan, yang membentuk kita. Membuat kita menjadi tahan terhadap masalah, atau menjadi rentan. Membuat seseorang jadi bercerai dengan suaminya, atau bertahan dengan kesetiaan. Membuat seseorang tertolong dari ketidakpastian hidup dan memiliki harapan positif, atau malah putus asa. Dan banyak lagi yang bisa kita lakukan untuk menjadi dampak atau jawaban bagi orang lain, menjadi agent perubahan, bagi anak kita, keluarga, keluarga, sahabat, tetangga… start from little things…

Sunday 16 November 2008

UU Pornografi

Tiba-tiba saja seorang pria ‘turn-on’ ketika dia melihat seorang wanita yang melintas dihadapannya dan satu lift dengan dia, akhirnya pagi itu lift serasa panas banget bagi pria tersebut tapi tentu saja tidak bagi si wanita, yang wanita turun dilantai 27 gedung tersebut, sedangkan si pria masih harus naik ke lantai 38 dengan otak yang mengkerut menahan gejolak dijiwanya.

Well ma plen….cerita diatas cuma sebagian kecil sekali atas kejadian-kejadian yang sangat mungkin terjadi pada setiap orang. Tapi bukan berarti setiap pria yang melihat wanita cantik melintas didepannya akan turn-on, mau itu jaraknya dekat, satu ruangan kah, atau pun jauh disana, dan si pria tersebut mikir yang nggak-nggak.

“Wuuu.. cowo yang kemaren itu, kamu liat gak..?” kata si A yang bertanya kepada temannya mendadak mikir, “yang mana, PT itu bukan..?” jawab B setelah mikir cepat. A menjawab tanpa jeda “bukan..bukan.. itu yang badannya gede, tapi gak kayak kodok.. yang putih-putih dan ganteng itu loh…” dibalas dengan amin si A dengan “Ooo…yang itu, ya ya..” sembari sumringah. Jujur saya yang denger itu pun jadi sedikit bingung, karena perbincangan kedua wanita tersebut membatalkan teori yang tertanam di otak saya bahwa “pria godaannya dari mata, kalau wanita dari telinga.”

Contoh kedua diatas pun, bukan berarti semua wanita sama dengan contoh tersebut… menilai pria, atau bisa jatuh suka dengan pria karena faktor fisik. Hanya mengindikasikan bahwa, teori yang saya punya dan mungkin ada pada kalian pun, itu sudah tidak relevan lagi.

Apa hubungannya dengan UU Pornografi? Kedua contoh di atas bukan hal yang porn, walau banyak pria yang melanjutkan rasa suka di awal tersebut, berlanjut ke tindakan selanjutnya… dan tidak menutup kemungkinan wanita pun melakukan hal yang sama… tapi apa yang membuat saya memberi contoh tersebut dan judul UU Pornografi adalah karena penjelasan dari definisi Pornografi dalam UU tersebut yang membuat saya ketawa waktu membacanya.. ini penjelasan yang dimaksud:

Pornografi adalah materi seksualitas yang dibuat oleh manusia dalam bentuk gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, syair, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan komunikasi lain melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum,yang dapat membangkitkan hasrat seksual dan/atau melanggar nilai-nilai kesusilaan dalam masyarakat

Kata-kata “…yang membuat orang terangsang” diatas itu yang bikin ketawa, terangsang alias Turn-On adalah response kita terhadap rangsangan atau stimulus. Saya cuma mau bertanya kepada teman-teman semua, apakah setiap rangsangan/stimulus harus diresponse dengan terangsang? Jika ya pun, seseorang bisa memilih untuk menetralkan, ibarat mobil udah masuk gigi satu, balik lagi ke netral… atau.. injak pedal gas and go..bamm…:p kalian tau kelanjutannya. Demikian juga pada posisi awalnya, memutuskan untuk terangsang atau tidak, itu bukan salah dari rangsangan tetapi salah dari objek yang memutuskan untuk terangsang atau bahkan mencari-cari rangsangan…pyuhh…

Makanya kita suka dengar wawancara antara polisi dengan oknum pelaku, “…karena saya menonton film porno pak, makanya saya melakukan itu.” Padahal setiap kita tahu, kalau nonton film porn itu tidak baik dan pastinya penuh stimulus, objek cari sendiri, gak dipaksa-paksa… nonton sendiri, gak dipaksa juga… akhirnya melakukan atas dasar nafsu, dan menyalahkan faktor rangsangan.

Sama halnya dengan kasus ini, “…kenapa kamu mencontek?” tanya sang guru. “abis saya gak bisa, kebeneran temen saya kasih… jadi saya contek.” Jawab si murid. Just another excuses...

Kenapa gak bikin UU Anti Kelaparan, UU Wajib Sekolah atau UU Anti Kemiskinan saja, biar kelaparan dan kemiskinan di bangsa ini turut diberantas ya... pasti pornografi berkurang tuh. Saya tidak mendukung pornografi, tapi tidak juga mendukung UU Pornografi yang 'ngambang'... karena kalau liat yang ngambang-ngambang, bawaannya pengen nyirem.... huahaha..

-by demulyono (ini pendapat pribadi, tanpa mengurangi rasa hormat saya pada bangsa ini)

Tuesday 4 November 2008

I Support Barack Obama



Jam menunjukan pukul 03.44pm di komputer saya (+7 GMT) 04 November 2008 dimana hari ini adalah hari selasa yang sama bagi sebagian besar kita, namun tidak bagi teman-teman kita yang waga Amerika (Obama 51% dan McCain 44,5%).

Hari ini merupakan hari pemilihan presiden baru di Amerika, yang juga ditunggu-tunggu oleh seluruh dunia, karena itu akan menentukan kebijakan-kebijakan politik yang baru nanti. Saya melihat ada kepercayaan dunia yang lebih ketika perubahan terjadi untuk saat ini, tentu saja sejak krisis global yang dimulai oleh subprime mortgage crisis dimana kebijakan ekonomi liberal yang dibanggakan oleh Bush dinilai sebagai salah satu biang yang mencelakakan perekonomianAmerika, selain dari 'perang-perangan' melawan Osama Bin Laden. Yang mengajak dunia untuk membenci orang yang bersalah memang..

Dampak dari krisis yang baru terasa hangat, karena masih diawal stage dari dampak sesungguhnya yang diperkirakan akan menimpa global dan khususnya Amerika. Sehingga, sebagian besar masyarakat Amerika melupakan masalah ras, umur dan idelisme... mereka memalingkan pilihan hati mereka kepada Obama. Apakah Obama bisa menjamin perubahan yang positif?? who know... gak ada yang tau.. tapi saya mendukung Obama, walau tidak memilih, karena alasan sederhana, saya melihat ini sebagai momentum positif bagi perubahan bangsa kita Indonesia.... lebih membuka diri terhadap perbedaan etnis/suku, budaya, dan sebagainya.. yang membuat bangsa ini jalan ditempat sekian tahun dalam masalah yang sama (selain korupsi tentunya).

Saran saya seperti yang dibicarakan oleh para petinggi negeri, dalam menghadapi krisis ini adalah:


  1. Gunakan barang lokal/buatan Indonesia; India pernah menjadi negara miskin, lebih miskin dari Indonesia, dan pemerintah India 'meminta' rakyatnya untuk membeli kain buatan India, sekalipun mereka tahu bahwa kualitasnya jauh dari buatan luar.

  2. Tidak membeli USD; tentu saja kalau tidak ada perlunya atau cuma untuk meraup keuntungan semata.

  3. Perbanyak menabung; deposito lebih OK.

  4. Ada yang tambahin...?

Karena dengan tidak membeli barang buatan Indonesia, kita sedang memberikan devisa kepada negara lain (peng-export), dampak mudahnya adalah dolar menjadi naik, demikian juga inflasi. Juga dengan membeli dolar hanya untuk mencari keuntungan semata, sama seperti halnya barang...permintaan naik, harga pun ikut naik. Semua kembali kepada kita semua, apakah kita mau menggunakan barang dalam negeri, juga tidak membeli dolar kalau tidak ada perlunya.. yang tentu saja mempengaruhi ketahanan bangsa ini untuk menghadapi krisis.. bersama kita bisa... (slogan siapa tuh?)


-by demulyono