Friday 26 September 2008

Pemenang vs. Menang Sendiri

Menariknya ada dua kata dalam bahasa Inggris, yang diartikan sebagai pemenang dalam bahasa Indonesia. Yang satu adalah winner1 dan yang satu lagi adalah victory2. Memang mirip sekali dan beda tipis penggunannya, kata winner1 lebih sering digunakan sebagai penyataan bahwa seseorang telah berhasil dengan daya upaya yang dia kerahkan atas sebuah pekerjaan, pertandingan atau juga untuk mengharapkan sesuatu. Contoh: Can I win her heart?

Sedangkan kata victory2, lebih sering digunakan untuk kemenangan yang diraih dengan penyerangan (force), atau dengan kata lainnya peperangan. Dalam bahasa Indonesia keduanya memiliki arti yang sama yaitu kemenangan.

Setiap kita, sadar atau pun tidak, sedari masih kecil sudah terjerumus kedalam peperangan, persaingan atau kompetisi. Bukan kita yang menginginkannya, namun system dalam dunia ini, membuat kita otomatis masuk kedalamnya (orang tua yang berperan dalam hal ini). Contoh, pada umumnya bayi berumur 7 bulan sudah belajar merangkak, lalu ada seorang bayi A yang belum bisa merangkak, padahal sudah lebih dari 7 bulan, satu lagi adalah bayi B yang dari 6 bulan sudah bisa merangkak. Lalu karena itu adalah perkumpulan ibu-ibu, apa yang dibincangkan atau komentar yang dilontarkan ibu-ibu biasanya, pada bayi A dan bayi B. “Oo.. kok lambat ya? Mungkin kurang… atau…” lainnya, “waahh, hebat sekali… aku mau punya anak kaya dia… bla..bla..bla..”

Tanpa disadari, berawal dari penolakan-penolakan ringan, kompetisi ringan, yang terus dipupuk hingga bayi tersebut menjadi besar (ga cuma itu, motivasi dari Ibu dan cinta dari keluarga juga berpengaruh loh…), itulah yang akan membentuk karakter atau sikap dari si anak (termasuk kita juga, hehe…)

Contoh lain lagi adalah, suatu kali Michael (3th) sedang bermain dengan sepupunya, John (2th). Mereka menginginkan mainan mobil yang sama, padahal hanya ada satu mobil mainan yang ada disitu, Michael menginginkannya, begitu juga John. John menariknya dari tangan Michael, dan Michael mencoba mempertahankannya (a little War here…), kita tahu kan seperti apa akhirnya… Lalu datanglah ibu dari Michael, menasehati anaknya, “Mike (nickname dari Michael).. kamu mau kan belajar berbagi, biar John main mobil-mobilan tersebut dan kamu main yang lain… Ok Mike? Atau kamu mau ikut mama ke kebun?”

Ibunya Michael menawarkan opsi kepada Mike, apakah opsi tersebut sebuah kekalahan?

Saya pernah mendengar pada kasus yang sama, seorang ibu menarik anaknya dan berbisik (agak keras sih), “kamu bodoh, udah mama bilang jangan dibawa keluar mainannya, udah kamu ambil.. dan mainnya di kamar saja.. sana

Mungkin ada yang bertanya-tanya, apa hubungannya contoh-contoh ini dengan judul diatas “Menjadi Pemenang Vs. Menang Sendiri”. Hubungannya adalah, tanpa disadari sikap-sikap yang kita pelajari dan putuskan untuk kita ambil, dari hal-hal terkecil (skala masalahnya), dan sedari kita kecil (umur kita), itu mempengaruhi sikap kita dimasa sekarang.

Apakah kita seorang pemenang atau mau menang sendiri (kata lainnya, egois, selfish). Seorang pemenang, kadang harus undur disaat yang berbahaya, berani mengambil resiko, mengalah disaat harus mengalah, bekerja lebih keras atau bahkan harus terlihat ‘kalah’ (mengorbankan diri) untuk mendapatkan kemenangan yang sesungguhnya, karena seorang pemenang tidak pernah berjuang sendiri, juga tidak pernah mencari kemenangan untuk kepuasan diri sendiri atau kelompoknya. Karena itu, seorang pemenang berjuang mati-matian atau bahkan rela mati asalkan dia mendapatkan kemenangan bagi banyak orang.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita seorang pemenang, waktu kita di antrian (kita akan lebih senang dapat urutan pertama atau paling sedikit antriannya), waktu kita di tempat kerja (kita lebih senang, kalau kita yang dipromosikan dari pada teman kita atau bahkan sahabat kita), di sekolah, di dalam keluarga, dan banyak lagi kondisi lainnya, yang membuat kita harus memilih untuk jadi Pemenang atau Menang Sendiri??

-by demulyono

No comments: